Senin, 07 November 2011

Teori Etika

1.Pengertian & Contoh dari Etika Teleologi, Deontologi, Teori Hak, Teori Keutamaan
A. Etika Teleologi
dari kata Yunani, telos = tujuan, Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
– Egoisme Etis
– Utilitarianisme
Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Utilitarianisme
berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Contoh : kewajiban untuk menepati janji
B. Deontologi
Dalam pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda dengan Utilitarisme. Jika dalam Utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi, maka dalam Deontologi benar-benar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan. ”Deontologi” ( Deontology ) berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu : deon yang artinya adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik, karena dalam Teori Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.
Contoh : kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain melalui ucapan dan perbuatan.
C. Teori Hak
Teori hak adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatuDalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. perbuatan dan perilaku. Contoh : Hak seseorang untuk menganut agama yang mereka pilih.
D. Teori Keutamaan
Memandang sikap atau akhlak seseorang.
Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya.
Keutamaan bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
Contoh keutamaan :
a. Kebijaksanaan
b. Keadilan
c. Suka bekerja keras
d. Hidup yang baik
Keutamaan yang harus menandai pebisnis perorangan bisa disebut : kejujuran, fairness, kepercayaan dan keuletan. Keempat keutamaan ini berkaitan erat satu sama lain dan kadang-kadang malah ada tumpang tindih di antaranya.
Fairness : kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua orang dan dengan wajar dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu transaksi.
Keutamaan-keutamaan yang dimilliki manajer dan karyawan sejauh mereka mewakili perusahaan, adalah : Keramahan, Loyalitas, Kehormatan dan Rasa malu.
Keramahan merupakan inti kehidupan bisnis, keramahan itu hakiki untuk setiap hubungan antar manusia, hubungan bisnis tidak terkecuali.
Loyalitas berarti bahwa karyawan tidak bekerja semata-mata untuk mendapat gaji, tetapi mempunyai juga komitmen yang tulus dengan perusahaan.
Kehormatan adalah keutamaan yang membuat karyawan menjadi peka terhadap suka dan duka serta sukses dan kegagalan perusahaan.
Rasa malu membuat karyawan solider dengan kesalahan perusahaan.
2. Tuliskan contoh etika umum yang berlaku di masyarakat minimal 5?
JAWAB :
A.Sikap terhadap sesama;
B.Etika keluarga
C.Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan,arsiparis,dokumentalis,pialang informasi
D.Etika politik
E. Etika lingkungan hidup.
3. Hedonisme Merusak Generasi Muda Masa Kini
Pandangan hidup yang menempatkan kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan hidup atau hedonisme telah merasuk generasi muda masa kini. Hal itu dikhawatirkan dapat merusak generasi muda, mereka menjadi tidak peduli terhadap lingkungannya, terlebih terhadap kondisi bangsa dan negara. Padahal, masa depan bangsa terletak di tangan mereka.
Demikian pandangan sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo, sosiolog Universitas Padjadjaran Bandung Yesmil Anwar, pakar pendidikan Arief Rahman, dan Ketua Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi, secara terpisah, Rabu (27/10) dan Kamis (28/10).
Menurut Yesmil, hedonisme yang kian menggejala di kalangan kaum muda saat ini tak lepas dari kondisi sosial yang terjadi, akibat tidak adanya panutan dalam kehidupan sehari-hari."
Akibatnya, sulit membandingkan kaum muda masa kini dengan pemuda pada masa Sumpah Pemuda. Pada masa itu mereka sadar akan konsep kesatuan dan persatuan bangsa. Sedangkan sekarang anak muda tinggal mengisinya," kata dia.
Kemudahan untuk mendapatkanberbagai hal saat ini, sambung YesmM, mengakibatkan kaum muda cenderung berpikir dan bersikap praktis. "Mereka ini menjadi generasi yang cuek, tidak ada visi, semuanya ingin didapat dengan cara yang instan," lanjutnya.
Yesmil berpendapat, pandangan hidup yang hedonistis lahir dari ketiadaan panutan dalam diri mereka dalam berbagai bidang di Indonesia. "Banyak kaum muda terdorong lebih menenggelamkan diri ke dalam hal-hal yang dianggap menyenangkan dan tanpa makna," jelasnya.
Kebiasaan seperti itu mengakibatkan para pemuda tidak bisa mendalami berbagai masalah yang ada di sekelilingnya. "Apalagi sampai memecahkannya. Padahal informasi yang mereka miliki itu cukup banyak, sayangnya tidak ada kontemplasi. Ini akibat lingkungannya yang tidak kondusif juga," katanya.
Oleh karenanya, banyak kaum muda masa kini cenderung hanya berupaya memenuhi cita-citapribadi. "Lulus kuliah, bekerja, mencari pasang-ank dan hidup menetap. Tanpa ada upaya kolektif membuat sebuah perubahan sosial," paparnya.
Sedangkan, menurut Imam Prasodjo, arus hedonisme akan melahirkan generasi bangsa yang skeptis dan pragmatis.
Meski demikian, dia optimistis masih jauhlebih banyak kaum muda yang tidak terperangkap dalam arus hedonisme. "Misalnya, banyak pemuda yang concern berjuang untuk hak asasi manusia, lingkungan hidup, pendidikan, HIV/AIDS, perdamaian, dan bidang advokasi sosial lainnya. Jumlah mereka yang tidak brengsek, jauh lebih banyak dari yang hedonisme," tegasnya.
Persoalannya, kata Imam, generasi muda yang idealis masih terfragmentasi, belum bersinergi, dan pemimpin muda di barisan depan belum muncul. "Akibatnya, panggung-panggung politik saat ini masih didominasi oleh pemuda-pemu-da elite yang komitmen kebangsaan dan kerakyatannya masih diragukan, karena mereka muncul dari budaya instan tanpa perjuangan," ujarnya.
Sementara itu, Arief Rachman mengingatkan, ada beberapa nilai yang harus diwaspadai dari anak muda zaman sekarang. Pertama, sifat yang cenderung individualistis. Kedua, anak muda cenderung ma-terialistis yang mengarah pada hedonistis, yakni hanya memikirkan hal material. Ketiga, sikap yang terlalu sekuler yang tidak menghormati hal-hal bersifat religius.
"Anak muda harus dididik untuk memiliki kepekaan sosial terhadap lingkungan dan masyarakatnya, harus seimbang, jangan terlalu materialistik tetapi juga harus mempunyai basis spiritual. Kebebasan boleh tetapi kebebasan yang bertanggung jawab dan memperhatikan kepentingan orang miskin," ujarnya.
Terkait hal itu, Seto Mulyadi menyatakan, kemajuan teknologi informasi saat ini ikut mempengaruhi pola hidup dan paradigma berpikir generasi muda Indonesia, antara lain terjebak dalam hedonisme.
Menurutnya, sistem pendidikan yang mengandalkan intelektual atau akademik belaka, tanpa nasionalisme, etika, dan estetika, akan mengerdilkan makna pendidikan dan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Pendidikan yang holistik akan memberi tempat pada penghormatan setiap pribadi dengan kecerdas-annya masing-masing.
Secara terpisah, sejarawan Anhar Gonggong menilai, semangat kaum muda yang mengikrarkan Sumpah Pemuda 82 tahun silam, kini telah luntur. Dia menilai, banyak kaum muda saat ini yang hanya menjadi penikmat kemerdekaan, tanpa memberikan kontribusi berarti untuk mengisinya. "Sekarang sifat dan semangat pemuda-pemuda yang menjadi pelopor Sumpah Pemuda yakni keberanian, kejujuran, idealisme, dan bersedia berkorban makin menipis," katanya.
"Ninja Generation"
Kondisi kaum muda saat ini, selain diwarnai hadirnya kaum elite yang terpelajar dan berpeluang menjadi calon pemimpin bangsa di masa depan, juga diwarnai dengan kaum muda yang terbelakang yang seolah tanpa masa depan. Golongan ini yang kini dikenal sebagai "ninja generation" (no investment, no job, and no asset generation) atau generasi tanpa investasi, pekerjaan dan aset. Menurut ekonom senior Rizal Ramli, pemerintah harus menggenjot pembangunan sektor riil dan pertanian di pedesaan untuk menyelamatkan "ninja generation".
Dia melihat, saat ini banyak pemuda yang sebenarnya cerdas namun menjadi tak berpengharapan, sehingga terjebak dalam hal-hal negatif seperti pelacuran dan narkoba, akibat kondisi keluarga yang miskin. "Jangan salahkan mereka menjadi hopeless seperti itu. Yang salah adalah kebijakan ekonomi pemerintah yang lebih condong kepada sektor finansial," kata mantan aktivis mahasiswa itu.
Rizal mengusulkan, untuk menyelamatkan generasi muda yang menganggur, pemerintah juga harus menggenjot pertumbuhan ekonomi lebih dari 10 persen. "Kalau pertumbuhan ekonomi seperti itu, niscaya pengangguran dan generasi yang tak berpengharapan tak ada lagr;" katanya.
Kepemimpinan Muda
Terkait dengan peran kaum muda, Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng mengingatkan, generasi muda bisa tampil sebagai pemimpin karena memiliki kualitas kepemimpinan dan juga kerja keras. "Kepemimpinan itu bukan hak, melainkan hasil kerja keras dan kepercayaan rakyat," katanya.
Ia juga menilai prestasi pemuda Indonesia saat ini tidak kalah dengan para peletak dasar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. "Sekarang, musuh kita adalah kemiskinan, kebodohan, narkoba, pengangguran, tawuran, dan hal-hal negatif lainnya. Banyak pemuda yang menunjukkan prestasinya dalam melawan hal-hal ini," jelasnya.
Senada dengan itu, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan berpendapat, di dalam masyarakat, kelompok yang menonjol selalu kelompok yang terma-jukan atau tercerdaskan. Untuk itu, tantangan kaum muda saat ini adalah menjadi solusi atas permasalahan bangsa dan negara Indonesia. "Kaum muda jangan ha-nyamarah-marah terhadap buruknya kondisi bangsa dan negara, tetapi bagaimana kaum muda harus menjadi solusi. Anak muda harus membaca perubahan dan mengantisipasi perubahan," tandasnya.
Mengenai kondisi kaum muda saat ini, pakar filsafat UT Rocky Gerung menilai, hedonisme tumbuh karena politik tidak mengedarkan akal sehat, sehingga generasi muda cenderung apolitis. "Memang ada godaan konsumsi di dalam masyarakat, tapi itu fenomena gaya hidup saja, dan tidak membahayakan demokrasi," jelasnya.
Menurutnya, hal yang berbahaya bagi generasi muda adalah menguatnya fundamentalisme agama. "Indoktrinasi berlangsung pada semua lapisan masyarakat, dan itu yang membahayakan masyarakat majemuk. Bagi generasi muda, persiapan untuk masuk dalam kehidupan publik dihalangi oleh nilai-nilai fundamentalisme terutama yang berbasis agama," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar